Penyesalan yang Selalu Terulang

Dan disinilah aku...menapaki hutan, lagi.
Merbabu, lagi. Gunung yang pernah ku naiki beberapa tahun lalu, namun tidak sampai ke puncak karena satu dan lain hal. Puncak Utang, sebutku. Naik gunung memang tidak melulu karena puncak. Tetapi naik gunung tanpa muncak itu kurang lengkap. Yah bagi aku pribadi, target sejati saat pendakian adalah pulang ke rumah bertemu keluarga. Ya, pergi untuk kembali.

Puncak. Perjalanan menuju puncak selalu melelahkan. Selalu. Seingatku, tidak pernah aku tidak menyesal ketika sedang melakukan pendakian. Ngapain sih kok aku mendaki? Kenapa to aku mau capek-capek gini? Banyak pertanyaan memenuhi benak dan kalbu ketika kepala menunduk, mata memandangi kaki yang melangkah berat perlahan selangkah demi selangkah. Miris. Orang yang hanya ingin enaknya aja kayak aku, sekarang malah menguras tenaga untuk hal yang melelahkan.

Heran. Aku sangat heran dengan orang-orang yang memiliki hobi naik gunung. Seringkali ketika ada acara training ataupun diskusi grup kemudian ada pertanyaan mengenai hobi, pasti sekurang-kurangnya ada satu orang yang hobi naik gunung. Entah mungkin memang passion ataupun karena individual differences, namun aku yakin ga akan pernah menyebut "Naik Gunung" sebagai hobi. Capek. Menguras tenaga. Penuh penyesalan.

Mestinya saat ini aku bisa berbaring di atas kasur empuk dan nyaman, kemudian menyantap minuman berasa yang menyegarkan badan dan pikiranku. Berteduh di dalam rumah yang sejuk dan menentramkan. Banyak hal yang bisa ku nikmati kalo aku engga sedang berada di sini. Berada di tempat yang terik di mana hanya ada air putih tawar untuk mengobati dahaga yang tak pernah hilang. Berada di tempat yang mengharuskanku berjalan hingga entah kapan dengan beban yang tak jauh berbeda dengan kulkas mini. Pikiran rutin saat naik gunung.

Bagiku, naik gunung dan mendaki gunung adalah dua hal yang sangat berbeda. Mendaki adalah ketika naik kemudian turun gunung. Hanya ada lelah, penyesalan, dan penyesalan ketika naik gunung. Melangkahkan kaki yang berat di trek menanjak dengan beban yang menguras tenaga agaknya tak lazim jika dijadikan sebuah hobi. Suatu saat nanti ketika ada yang menanyakan hobiku, tentu tanpa banyak berpikir akan kujawab : Turun Gunung. Meskipun begitu, aku tak yakin bisa berhenti mendaki gunung saat ini. Mungkin semester depan. Yah nampaknya penyesalan-penyesalan itu masih akan terulang hingga beberapa minggu ke depan.


Previous
Next Post »
0 Komentar

POST A COMMENT