Akankah Ku Dapat Membuatmu Tersenyum?

Huahh, tidur yang nyaman setelah semalam menonton pertandingan basket di GOR UNY. DBL. Well sebenernya aku datang karena pengen ketemu temen-temen SMA dulu sih, bukan untuk nonton pertandingan tim tertentu. Memang, SMAku kemarin bertanding melawan SMA 4. Kalah sih, tapi overall lumayan menarik. Good fight. Tapi, tulisanku ini bukan membahas tentang jalannya pertandingan kemarin, karena aku yakin ada yang jauh lebih kompeten untuk mengemas laga yang panas itu.

Saat itu aku berjalan di tribun atas GOR UNY. Bersalaman dengan teman-teman yang telah lama tak kujumpai. Tugas kuliah yang menyerang setiap saat dari segala penjuru seakan membatasi waktuku untuk berinteraksi sosial. Setelah semua tangan temanku selesai kusentuh, aku pun duduk di tribun atas tak jauh dari rombongan suporter SMA 6. Waah, tempat yang sama. Sudut tribun yang sama seperti ketika pertama kali aku menonton DBL, tahun 2009, yah meskipun engga sama persis sih cuman mirip-mirip aja.

Kusandarkan punggung, aih teringat setahun yang lalu. Ya, setahun yang lalu aku juga menonton pertandingan SMA 6. Hanya saja saat itu aku datang terlalu awal bersama teman-teman. Tidak seperti saat ini, terlalu telat. Ingatanku pun melayang. Saat itu, saat awal-awal kuliah. Semester dua. Kami masih seperti anak SMA saja. Nostalgia.

Saat kami bercengkrama setahun yang lalu, pertandingan SMA 6 belum dimulai, pandangan saya sempat terusik dengan sepasang suami-istri yang telah separuh baya. Bukan hal yang aneh memang, untuk duduk berdampingan melihat pertandingan. Hanya saja DBL dipenuhi dengan penonton yang rata-rata anak SMA yang alay-alay dan anak kuliahan yang gaul-gaul. Sedikit nyentrik jika keduanya menggunakan setelan batik dan kaos polo semi-formal di antara kerumunan anak muda.

Sang istri melihat pertandingan yang sedang berlangsung dengan antusias, tak pernah aku melihatnya berkedip ketika menyaksikan laga yang masih di kuarter ketiga itu. Tas jinjing berwarna coklat tua ia pangku dan ia dekap, mengencang ketika ada yang memasukkan bola ke dalam ring. Lekuk-lekuk wajahnya yang telah uzur akibat zaman tampak ekspresif sesuai dengan irama pertandingan. Sedangkan sang suami nampak bersantai dengan menopangkan kedua tangannya di kedua sisi tubuhnya dengan menyilangkan kaki di atas mata kaki.

"Pak, pak anakmu kae pak!" sang istri menepuk-menepuk bahu sang suami, membagi pandangan antara suaminya dan laga itu. Ohh, anak suami-istri ini lagi tanding. Pantesan. Sang suami pun hanya tersenyum mengiyakan.

"Dek, ayo dek tambah lagi poinnya!" teriak yang istri lagi, menyemangati putranya. Tak akan terdengar hingga ke lapangan, pasti. Riuhnya GOR menelan suara nyaring sang istri. Tapi beliau tak mempermasalahkannya. Euforia.

Aku sedikit terhenyak. Orangtua anak itu begitu energik menyemangati anaknya. Tersenyum lepas, bahagia. Bangga dengan putranya tercinta. Aku malu. Sungguh, bagai ditampar di depan umum. Saat itu aku sudah 19 tahun, tapi belum pernah aku merasa membuat kedua orangtuaku bahagia. Sungguh, sekalipun tak ada pencapaian dalam hidupku yang tampak membanggakan orangtuaku.

Sekali saja, aku ingin paling tidak sekali saja, bisa membuat kedua orangtuaku bahagia layaknya pasangan suami-istri paruh baya yang kutemui saat itu. Tersenyum lepas. Bangga dengan anaknya, darah daging yang telah diperjuangkan sejak masih berada dalam kandungan. Sekali saja. Sungguh, sekali saja aku ingin mendengar kedua orangtuaku berseru "Itu anakku! Itu anakku!" dengan bangga, dengan jumawa. Atau paling tidak aku mendengar dengan telingaku sendiri, "Bapak bangga, Nak" atau "Ibu bangga, Dek" dan keduanya tersenyum lepas, bahagia. Sekali saja. Paling tidak sekali saja.

Tapi akankah waktu itu tiba? Aku sudah menghabiskan masa hidupku selama lebih dari 20 tahun hingga detik ini, tapi belum pernah aku merasa telah membuat beliau bahagia. Aku takut aku tak dapat membuat kedua orangtuaku bahagia hingga bertahun-tahun mendatang. Aku tak tahu bagaimana caranya membuat kedua orangtuaku bangga. Semoga Tuhan memberikan jalan untukku. Semoga Ia memberi waktu agar ku dapat melaksanakannya. Satu pertanyaanku, akankah?

sebagian ditulis pada 17.03.2013 di kala pagi, tetapi tak kuasa dilanjutkan 
Previous
Next Post »
0 Komentar

POST A COMMENT