"Harusnya kamu dapet sms dari Koor Perdek, Nggra." Pesan singkat dari Iqbal, SC PRK TKA, membuatku mengangkat alis.
Aku daftar sie Perdek PRK, ikut proses seleksinya (yang ga bakal aku bocorin di sini, biar keliatan profesional), dan tinggal nunggu sms kepastian diterima atau engga. Aku ingat betul saat itu aku masih di basecamp, selepas operasional gunung. Entah di Ungaran atau di Turgo, aku tak ingat pasti. Yang jelas, mendung menghinggapi kami. Rintik hujan mulai membasahi. Masih terbayang, saat itu hp tercinta sudah dibalut ketat dengan plastik bening.
Mestinya aku diterima, faktanya tiada dering sms dari orang yang dimaksud. Apa yang terjadi? Sampai sekret pun pikiran ini masih membayang di benakku. Setelah menaruh carrier di atas bangku kayu di sekre, aku beranjak ke bilik. Menemui iqbal.
"Iya kamu masuk, Nggra. Suer," ucapnya sambil mengangkat jari tengah dan juga telunjuknya.
Mau engga mau aku percaya. SC bukan cuma ada untuk mengonsep acara. Mereka juga turun, masuk ke dalam sie-sie kepanitiaan untuk mendukung kinerja sie itu. Untuk perdek, ada Iqbal. Bingung. Well, bukan apa-apa. Aku hanya ga suka digantungkan. Kalo ga diterima yauda ga keterima, kalo diterima yauda masuk. Yang aku butuhkan cuma kepastian.
Kalbuku menjerit dalam diam saat itu. Ga cuma dalam percintaan, tapi dalam kepanitiaan pun perasaanku digantung. Hati dan pikiranku bukan barang elektronik obral yang digantung saat pameran komputer datang. Hanya dipajang di atas etalase dan cuma sekilas dilihat orang yang lalu lalang. Yang tak jarang dipandang sebelah mata dan membuat orang tersungging, sinis. Bukan.
Di tengah pikiran yang berkecamuk, dering sms khas dari Nokia berbunyi.
"Hehe, maaf ya kemarin aku ga punya pulsa buat ngabarin, kamu keterima jadi Sie Perdek PRK! Ayo berjuang bersama."
(inti smsnya begini)
Kayaknya aku punya koor yang sangat simple-minded.
0 Komentar
POST A COMMENT