"Kamar kok berantakan banget ta, Dik?"
Siklus hidup semester genap selama dua tahun belakangan ini gak terlalu banyak berubah. Senin : kuliah, recovery ; Selasa : kuliah, jogging ; Rabu : kuliah, CT ; Kamis : kuliah, briefing, packing, Jum'at : kuliah, kadang malah uda berangkat operasional ; Sabtu-Minggu : operasional. Begitu terus. Hampir 3 bulan atau bahkan bisa lebih. Well, tiap minggu begitu terus ditambah tuntutan akademik yang terkadang ga punya belas kasihan ternyata melelahkan juga. Sepertinya ini yang terakhir. Besok uda gatau sempat atau engga buat ngluangin waktu kayak sekarang lagi. Membagi waktu untuk imbang di dua hal itu aja keteteran, apalagi untuk urusan lain.
Urusan lain itu salah satunya urusan kamar. Biasanya kamarku penuh dengan buku yang berserakan, lembar-lembar kertas yang tergeletak di sana sini, pakaian yang beberapa tertumpuk rapi (tapi ga pada tempatnya) dan sebagian pakaian yang lain tercecer di hampir semua area kamar. Belum lagi kalau kecapekan karena pulang operasional, perlengkapan operasional seperti tas, sleeping bag, matras, piring, sendok, dan tetek bengek lainnya pun turut menghiasi ruangan personalku itu. Bahkan untuk tidur nyaman pun susah karena begitu berantakan dan males banget buat ngeberesinnya.
Beberapa kali memang ibu menegur, tapi yah ga jauh beda dengan sebelumnya. Hingga FUD taun lalu, operasional Ungaran tepatnya. Saat itu aku merasakan yang namanya takut akan kematian. Yap, kematian. Sepele sih kejadiannya, tapi tetep aja hidup mati orang siapa sih yang tau. Setelah kejadian itu, banyak hal yang kupikirkan. Hal sepele yang mungkin engga penting bagi kalian.
Kamarku, salah satu hal yang kupikirkan. Andai aku nanti pergi jauh, lalu kamarku berantakan begitu hingga bisa bikin orang istigfar, apa engga kasian nanti yang ngeberesin. Uda susah karena kehilangan, masih harus ngerapiin lagi. Haha, pikiran yang random ya. Tapi begitulah. Engga tega aja membayangkannya.
Haha ini tulisan apa sih, ga jelas banget ya. Tapi memang setelah kejadian itu, aku selalu berusaha membuat kamarku serapi mungkin ketika aku akan berangkat operasional, kegiatan yang berisiko tinggi ini. Tiap akan berangkat aku beresin semua buku, kertas-kertas, dan pakaian yang berantakan. Demi diriku, demi keluargaku. Yap kita gatau kapan kita pergi menghadap-Nya. Mungkin 10 tahun lagi, tahun depan, bulan depan, minggu depan, atau bahkan seusai kita mengerjakan aktivitas yang sedang kita kerjakan saat ini. Tidak ada yang tau.
Yah mungkin ada alasan lain sih, kayak biar nanti waktu pulang operasional bisa langsung santai-santai dan lain sebagainya. Dan aku pun masih berharap hidup lama, banyak mimpi yang ingin kuraih dalam hidup ini. Lucu ya, seseorang baru merasa hidup ketika ia telah mengenal kepedihan, ketersiksaan, atau kematian. Memang bisa jadi hanya aku yang merasa demikian dan kamu merasa hal yang berbeda. Engga masalah karena perbedaan itu cukup menyenangkan juga.
Hmm, aku gatau mau nulis apa lagi nih terlalu melebar kemana-mana e. Yang jelas, tulisan ini ditulis sebelum keberangkatanku ke Argopuro. Doakan saja ya. Besok ketika aku pulang insyaAllah ada beberapa tulisan anyar mengenai perjalananku. Sampai jumpa keluargaku, sampai jumpa kamarku.
Sampai jumpa, Kamu :)
0 Komentar
POST A COMMENT