"Mas Anclot ki nek nulis pasti dawa-dawa, males macane (Mas Anclot tuh kalau nulis pasti panjang-panjang, malas bacanya)," ucap seorang rekan saya.
Saya hanya bisa tersenyum. Bukannya tidak suka nulis pendek -dalam hal ini yang orisinil dari pemikiran pribadi- saya belum mampu lebih tepatnya. Ya, butuh kemampuan yang sangat luar biasa tinggi (menurut saya) untuk mengekstraksi semua pikiran yang ada di dalam kepala kemudian disintesakan ke dalam beberapa kalimat saja. Belum lagi apabila hati merasa tulisan tersebut masih terlampau panjang sehingga harus dikompres sedemikian rupa agar muncul fokus, intisari, atau pokok pikiran. Susah. eS U eS A Ha.
Bukan tidak mungkin memang bagi saya untuk menulis pendek. Tetapi hasilnya bukanlah suatu tulisan yang padat makna, melainkan tulisan tidak penting bagai angin lalu. Biarlah, namanya juga masih belajar. Pernah saya mendengar pernyataan bahwa style menulis seseorang menggambarkan kepribadiannya. Well hampir sebagian bisa dibuktikan kebenarannya. Ibarat tebak-tebakkan, kemungkinan benarnya setengah. Fifty-fifty.
Saya lebih suka menulis panjang, dan kalau bisa detil. Ibarat labirin, tulisan pendek akan membuat orang yang membaca bingung menentukan pintu masuk labirin, sedangkan tulisan panjang akan membuat orang bingung memilih jalan di dalam labirin. Menyenangkan. Keduanya sama-sama baik dan bagus, tidak ada satu pun yang salah maupun yang benar. Hanya saja, saya saat ini sedang fokus untuk belajar menulis tulisan panjang dan detil.
Biarkan masuk ke dalam labirin, dan sejauh mana mereka mampu berjuang meraih jalan keluar. Mirip seperti alur pikiran dalam otak, jika sensasi (stimulus dari luar) sudah keliru kecil kemungkinan persepsinya tepat, susah mendapatkan "jalan keluar" dari labirin kalau prosesnya tak sesuai. Menyenangkan. Tenggelam dalam labirin sendiri? Tak masalah.
Biarkan mereka tenggelam dahulu. Setelah tenggelam, berikan sedikit udara segar dan tenggelamkan lagi lebih dalam. Begitu seterusnya hingga terasa sangat tersiksa, terutama apabila telah melihat cahaya pencerahan namun sangat sulit menggapainya. Apalagi jika cahaya pencerahan tersebut tak sesuai dengan yang dimaksudkan, hmm entah bagaimana perasaannya. Tapi entah alur pikir seperti ini membuat perasaan bergelora. Alur ini saya dapatkan dari berbagai buku bacaan, novel, komik, game, dan film yang saya senangi.
Ahh, entahlah. Tulisan ini mulai tak karuan. Tetapi ada segelintir orang yang senang jika endingnya tak sesuai dengan dugaan khalayak umum kan? Istilahnya anti-mainstream. Well saat ini anti-mainstream sudah "mainstream", sehingga lebih baik berfokus pada individual differences jika memang benar-benar mau anti-mainstream. Jadi, apa keunikanmu?
0 Komentar
POST A COMMENT