"Gimana acara TKA, uda ada bayangan Nggra?" tanya Didit, teman saya yang juga Steering Committee (SC) PRK TKA.
"Belum ada bayangan, Dit," jawab saya singkat.
Well, ini lanjutan dari tulisan Acara TKA yang saya buat Oktober lalu. Yason, Ketua OC TKA 2012, kayaknya suka main judi. Wong saya ga pernah terlibat kepanitiaan dan ga pernah juga jadi sie acara kok ya dipercaya jadi koor acara. Sebenernya saya pun berhak menolak. Tapi dasar hobi coba-coba, saya pun terima tawaran itu. Tanpa mikir gimana kerjanya cara. Tanpa mikir bakal sukses engga TKA besok. Challenging.
Waktu itu saya sedang berdiri berduaan dengan Didit di depan papan recruitment panitia PRK TKA. Kami sama-sama single. Tapi iman yang kuat dan orientasi yang lurus membuat kami tidak melakukan hal-hal menyimpang, saat itu. Hanya memandang papan yang tertampang foto kami berdua meski berbeda frame. Saya di Acara TKA dan dia di Pemandu PRK juga Keamanan TKA.
Sial. Acara kayak gimana yang bakal kamu buat?
Saya pun kepikiran untuk mundur dari Koor Acara TKA.
Memang, Didit mengerti aku. Satu sarannya, ikut PRK biar bisa belajar dari Acara PRK. Sekedar info, jarak PRK ke TKA kurang lebih satu bulan. Jadi saya harus siap dalam waktu sebulan itu ngerapel tugas Acara TKA berbekal pengalaman dari PRK.
"Kamu tu kerjanya ga sendiri, Nggra. Kerja tim," hiburnya suatu waktu.
Saya terhenyak. Kesalahan konyol. Mindset yang sejak awal sudah salah. Bukan single fighter yang harus berlaga sendirian, melainkan tim. Saya merasa semua pekerjaan akan saya tanggung sendiri, meskipun tau saya hanya manusia biasa yang bahkan tak punya pengalaman apa-apa di bidang ini. Njuk ngapa? Pengalaman emang penting, tapi kalo anggota-anggota tim ku uda berpengalaman kan juga uda cukup. Defense Mechanism - Rationalization. Beban saya pun sedikit terangkat. Saya kembali mendongak, memilih sie kepanitiaan PRK yang akan saya masuki.
"Kalo acara gimana, Dit?"
"Acara PRK? Sibuk banget lho itu. Tapi terserah kamu sih."
Saya terdiam. Saat itu saya pun di tengah padatnya jadwal FUD Palapsi, letih.
"Gimana kalo Perdek? Kan kerjanya ga banyak, jadi kamu bisa memperhatikan Acara PRK dari sudut pandang Perdek," ucapnya memecah keheningan yang menyelimuti gedung kuliah saya.
Saya tidak menjawab. Hanya tersenyum, kemudian meraih pena. Nama dan nomor hp saya cantumkan di lembar kepanitiaan PRK. Perdek.
Keputusan atau keputusasaan? Saking bingungnya ga ada jalan buat nyiapin acara akhirnya ndaftar acara lain untuk belajar. Yang mana pun itu tetep bakal saya jalani. Berhasil ya bertahan hidup. Hancur ya hancur sekalian. Gambling.
Keputusan atau keputusasaan? Saking bingungnya ga ada jalan buat nyiapin acara akhirnya ndaftar acara lain untuk belajar. Yang mana pun itu tetep bakal saya jalani. Berhasil ya bertahan hidup. Hancur ya hancur sekalian. Gambling.
"Ayo ke kantin, Dit. Aku laper kebanyakan mikir."
0 Komentar
POST A COMMENT