Tanya

Aku terjaga dari tidurku. Menatap langit-langit kamar yang berwarna biru. Sambil terbaring kutolehkan kepalaku ke arah kiri. Kuraih hp dengan tangan kanan ku. Dapat. Setelah melihat jam dan pesan, kuayunkan kaki kananku menyilang agar mencapai lantai. Ku ingin bergegas hadapi hari.

Lemari berwarna krem lembut seakan menyapaku. Kami berdiri berhadapan seolah saling melempar sapa. Kuraih tangan kanan lemari dan kubuka pelan-pelan. Perlahan-lahan tampaklah sosok yang tak asing dari dalam lemari. Pantulan dari cermin yang ukurannya sebesar HVS A4. Itukah aku?

Aku. Siapakah aku? Aku sering menggunakan kata aku, namun tak paham apakah aku sebenarnya. Sejauh ini, dalam tulisan telah ada 19 kata ku/aku yang mungkin tidak diperhatikan jika tidak diingatkan. Aku adalah saya? Ya. Tapi itu hanya sinonim. Padan kata. Tak lebih dari sebuah jawaban yang memicu pertanyaan lainnya. Melarikan diri dari tantangan pertanyaan, demi pembenaran. Lazim.

Seakan kembali dari perjalanan jauh, kesadaranku pun kembali. Cih sial, aku melamun lagi. Seringkali aku melamun tanpa sebab tanpa tujuan, memikirkan hal hal tidak penting. Yah walaupun kadang hasil lamunanku kadang memberi inspirasi untuk menulis.

Kutolehkan kepalaku kebelakang. Jam 08.00. Aku ada janji di kampus 08.30. Sial, aku kehabisan waktu. Sambil berjalan ke arah kamar mandi, kuraih handuk berwarna biru. Waktu. Apakah waktu itu sebenarnya? Waktu terus berjalan dan tak bisa kembali. Iya kah? Apa buktinya? Benarkah waktu itu ibarat sungai yang hanya mengalir dari hulu ke hilir? Ataukah ternyata ia adalah siklus bagai roda yang berputar?

Selesai mandi dan berpakaian, hpku yang anggun berdering. Pesan. "Hati-hati di jalan ya." Aku tersenyum. Pesan singkat dari orang lain bisa jadi membuat jiwa kita melayang-layang karena merasa diperhatikan. Tetapi, apakah jiwa itu? Apakah dia itu riil atau hanya sebutan belaka? Di mana kah letaknya? Di kepala? Nadi? Atau dada sebelah kiri?

Kupercepat langkahku menemui Revo yang menanti, siap dengan petualangan baru di luar sana. Pertanyaan yang tidak akan keluar saat ujian itu kutepis jauh-jauh. Melarikan diri darinya. Ya, aku pengecut. Kali ini saja. Mesin motor yang menderu seolah berteriak bahwa ia telah panas. Aku beranjak pergi..
Previous
Next Post »
0 Komentar

POST A COMMENT