Yang selama ini tak diketahui pun terungkap, memang kita sungguh ahli bermain strategi layaknya intelijen, seperti tokoh utama dalam serial detektif. Omongan persuasif namun penuh jebakan adalah senjataku. Urusan yang terkait jaringan relasional ataupun perancangan strategi, engkaulah ahlinya. Lamunan mengingatkanku akan pertemuan kita yang sama-sama berpakaian lugu. Lambat laun kemudian kita saling sadar bahwa lawan bicara kita tidak selugu yang kita bayangkan.
Fantasimu kelak akan menghanyutkanmu, ucapku pada suatu waktu. Ingat pula bahwa tipuanmu takkan bertahan selamanya, balasmu. Nampaknya kita memang tak bisa bertahan di tengah gempuran perbedaan yang tak henti menerpa, belum lagi ditambah ketakutan akan pertaruhan kita masing-masing. Diam. Objektivitas berusaha engkau tingkatkan dengan memilih diam, tak menanggapiku. Umpama kamera penyelidik, yang melihat dan mengetahui semua namun tak bertindak secara fisik. Taktis.
Tak ayal lagi, pada akhirnya kita sibuk bermain dengan pikiran kita masing-masing. Hingga ujung daerah manapun kita berusaha lari, namun kita bertemu lagi dengan cara yang tak terduga. Imbasnya membuatku lelah menjauh. Sepertinya kita memang dua orang yang memiliki banyak kesamaan. Opinimu pun demikian. Namun kita adalah dua orang yang saling berseberangan dan berharap salah satu kan mengalah untuk mengikuti jalan yang kita miliki masing-masing. Entahlah.