Iki wayahe "Bulan Besar".
Menjelang Sasi Suro, Tahun Saka.
Sementara sang komandan bertengger di pucuk pemerintahan,
Beberapa nayakapraja berlarian kesana-kemari sesuai wangsit yang diterima.
Sasi Besar, Sasi Dzulhijjah kalau di kalender muslim. Matahari telah surut sekian lama dan kini bulan bertengger di langit. Serigala dan anjing bersahutan melolong melengkapi dinginnya angin semilir. Meramaikan kondisi yang semakin hilang pangkal hilir, samudera luas menjadi tujuan yang pasti.
Kini para petinggi wilayah samudera berkumpul membahas seluk beluk daerah besar yang mereka tinggali bersama. Skala makro, skala mikro, mereka menguasai tiap-tiap pokok bahasan. Pantas sudah jika menjadi perwakilan masing-masing area. Berunding di tempat tersembunyi, dengan ajian khusus yang mampu menutup penglihatan makhluk lain. Bahasan terselubung penuh rahasia dibicarakan demi kelangsungan samudera.
Rerumputan samudera, mestinya tinggal dekat area perundingan. Mestinya. Namun ia memutuskan pergi, lari dari area yang sama. Mencari selamat. Entah apakah jika tinggal ia akan selamat atau tidak. Tidak tahu. Entah apakah jika pergi ia akan selamat atau tidak. Tidak tahu. Berlagak tidak tahu, mengejar keinginan personal. Mencari batas samudera yang selama ini tidak pernah ia pikirkan.
Selamat tinggal, Samudera.
0 Komentar
POST A COMMENT