Dia adalah perempuan yang murah senyum dan selalu tampak bahagia. Dia adalah perempuan yang tegar dan kuat. Dia adalah perempuan yang enggan terbuka dan bersikeras untuk menyimpan semua yang dirasakannya sendiri.
Suatu saat ia memutuskan untuk menerima dan membuka dirinya pada lelaki itu. Ia masih mempertahankan sifat-sifatnya, namun ia merasa risih dengan aksesoris yang melekat di pergelangan tangan kiri lelaki itu. Hingga ia lontarkan sebuah pertanyaan yang nampaknya telah dipendam sekian lama.
"Mengapa engkau menggunakan gelang?" tanya Dia.
"Mengapa engkau bertanya demikian?" balas lelaki itu, yang memang selalu bertanya balik ketika ditanyai.
"Tidak, aku hanya risih ketika seorang lelaki mengenakan gelang sepertimu. Tapi aku hanya ingin sekadar bertanya saja."
"Hmm..," lelaki itu berpikir sebentar kemudian tersenyum.
"Mengapa kau tersenyum?"
"Sejatinya, ini bukan gelang. Ini adalah memento, pengingatku pada Yang Maha Kuasa. Tiap aku melangkah di ketinggian, tiap aku menggerakkan kedua tanganku, dan tiap aku memanggul bebanku, benda yang kau sebut sebagai gelang ini akan senantiasa mengingatkanku pada Yang Maha Kuasa. Aku mengenakan benda yang kau sebut sebagai gelang ini bukan karena aku suka, Dia. Tetapi lebih kepada pengingat bahwa masih banyak yang harus kulakukan di dunia dengan Tuhan sebagai pegangannya."
0 Komentar
POST A COMMENT