Bahkan Sebuah Buku Tulis Pun Dapat Berkata Bijak

Bahkan Sebuah Buku Tulis Pun Dapat Berkata Bijak
Pernah suatu saat saya berjalan-jalan di sebuah toko alat tulis. Ketika itu saya masih berkutat dengan ospek fakultas dengan jadwal yang sangat padat, namun berjalan-jalan tanpa tujuan seperti ini adalah hal yang cukup menyenangkan bagi saya. Well, ada sih tujuan. Cari spidol, itu saja. Saya berjalan-jalan mengitari tumpukan barang yang menggunung di toko yang lumayan besar itu. Memperhatikan barang-barang yang dijual, memperhatikan alat tulis yang berjajar rapi, dan juga beberapa orang yang lalu lalang tenggelam dalam benaknya masing-masing. Udah ah, ujar saya pada diri sendiri kemudian memutuskan untuk berjalan ke luar. Hingga saya melihat sebuah buku tulis yang ditumpuk di dekat pintu keluar.

Sebuah quote. Quote yang bagus, entah siapa yang membuatnya. Menghujam pikiran. Sebuah quote tentang kepemimpinan. Saya jadi ingat selama jadi mahasiswa, terutama pada saat kegiatan non-akademik, saya adalah orang yang sulit diatur. Sangat sulit. Bahasa kerennya, merusak dinamika kelompok. Entah ogah-ogahan, entah rebel, entah pasif, bahkan bisa jadi pasif-agresif (semoga saja tidak ada yang menyadari). Akan tetapi jika memang sudah oke dan nyaman dengan atasan saya, saya akan menjadi anak yang penurut. Benar-benar penurut. Sedikit pencitraan mungkin ya, karena saya bukan orang yang mudah klop dengan suatu tim atau kelompok tertentu.

Sebuah quote yang masih terngiang hingga saat saya menghidupkan mesin sepeda motor. Saya tersenyum simpul. Benar juga, ternyata banyak hal yang telah saya perbuat dan berpotensi membuat orang lain kesulitan, kecewa, maupun terluka. Aih, memang susah ya jadi orang keras kepala. Sebuah quote itu hadir dalam hariku dan menginspirasi. Hingga hari ini. Bisa menjadi seperti itu adalah keadaan ideal bagiku. Super ideal. Meski sangat sulit kucapai saat ini. Meski  akan mencoba dan mengusahakannya. Karena tidak ada hal yang paten seputar kepemimpinan ini. Karena manusia hidup untuk belajar tentang segala hal dan tidak ada batasannya. Tahukah kamu, quote apa yang saya baca ketika itu?

"Leadership is the art of getting someone else to do something you want done because he wants to do it."
 - Dwight D. Eisenhower

"Lonceng kuil menggemakan betapa mudahnya segala sesuatu berubah.
Warna-warni bunga menegaskan kenyataan bahwa apapun yang berkembang dengan indah akan membusuk di kemudian hari.
Kebanggaan hanya sejenak bertahan, bagai mimpi di malam musim semi.
Dalam waktu singkat kedigdayaan akan surut, dan segalanya akan menjadi debu yang tertiup angin."
Eiji Yoshikawa
Teruslah mengejar karena takkan engkau dapatkan.
Berhentilah, maka ia akan datang.
Bisa saja sih, tapi usaha untuk mengejar tentu tidak sedikit.
Berusaha keras tanpa mengejar.
Berorientasi, bukan hanya obsesi.
Visi yang pasti.


Buka Bersama : Sifat Buruk

Buka Bersama : Sifat Buruk
"Sifat buruk dia yang ga kamu sukain apa, Nggra?"

Masih terngiang pertanyaan itu, di saat kita semua sedang buka bersama. Saya pun terdiam. Sesaat saja. Entah bagaimana saya akan menjawabnya. Well tanpa bermaksud sok bijak, tapi kalau kita fokus pada sifat buruk seseorang maka sifat itu malah akan tambah berkembang dan tambah besar. Saya pernah mengalaminya ketika sedang membicarakan sifat buruk orang lain, yang ada lawan bicara kita akan menambah khazanah pengetahuan seputar keburukan orang itu. Biasanya saya etel aja, tapi engga kali ini karena ia adalah salah satu sosok yang dekat dengan kehidupan saya.

Nyaman dengan seseorang berarti menerima semua sifat buruk dan baik dengan seutuhnya. Kalau memang sifatnya buruk, janganlah dijadikan bahan pembicaraan namun diperbaiki secara bertahap. Akan tetapi kalau masih dalam fase seperti saya ini, biarlah sifat itu sebagaimana biasanya saja toh sifat buruknya tidak tercela. Saya tidak ingin terlalu mengatur sifat seseorang, dalam artian orang yang dekat dengan kehidupan saya. Jika saya terlampau mengarahkannya, yang ada adalah saya nyaman dengan sosok imajiner yang ada di dalam benak saya. Bukan ia sebagaimana mestinya.

Menuliskan untuk menerima seseorang apa adanya itu mudah, namun merasakan dan menjalani sepenuh hati adalah dua hal yang susah.