And I'm Still In Love With You

Dan aku masih ingat, dua tahun yang lalu saat aku pertama kali melihatmu. Tidak, sungguh tidak ada perasaan yang menggebu-gebu layaknya hari ini. Aku hanya melihatmu, dan selesai. Tidak ada getaran-getaran khusus ataupun wangsit yang datang kepadaku. Well, aku butuh, begitu pikirku saat itu sehingga tanpa berpikir ataupun bersemedi aku langsung saja memilihmu tanpa ragu sedikitpun.

Hari berganti, waktu pun ikut mengiringi. Kita lewati hari demi hari bersama, saling berinteraksi, saling sentuh, dan saling membuka diri. Perasaanku pun mulai muncul perlahan-lahan, dan kusadari itu. Aku tak banyak berharap, hanya menikmati tiap waktu bersamamu hingga suatu saat nanti. Kata orang, rasa sayang itu ibarat kue, yang semakin dinikmati maka semakin cepat habis. Tidak sama halnya denganku. Bukannya luntur, lama kelamaan pun perasaanku malah menjadi semakin menggebu. Hingga beberapa waktu yang lalu, di saat kita sudah genap 2 tahun bersama, tak ada sedikitpun rasa sayangku yang hilang kepadamu. 

Hingga hari itu pun tiba. Hari yang mengenaskan. Mencekam. Engkau jatuh sakit tanpa diketahui sebab-musababnya. Aku panik tidak karuan, mencoba mencari tahu apa yang terjadi kepadamu. Kuraih dirimu, kusentuh lembut penuh perasaan, nihil. Tak ada respon. Terpaksa aku mulai mengguncang-guncangkan dirimu dengan agak keras. Tak berhasil. Jantungku pun mulai berdegup kencang, hingga hentakannya dapat kurasakan mengalir lewat belakang telinga. Butiran keringat pun menuruni pelipis kananku. Sial.

Dan engkau pun terbaring, opname. Tak boleh dijenguk, tak ada interaksi, bahkan tidak diizinkan untuk sekedar menatap dirinya. Dengan kecewa aku pun melangkah ke motorku untuk pulang. Kalut. Segala macam pikiran pun muncul dengan berbagai kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Gimana kalau dia kena ini? Gimana kalau dia kena itu? Berbagai pemikiran liar menggelayut di benakku hingga tanpa sadar aku pun telah sampai di teras rumahku. Yah, sehari dua hari tanpa dirinya..aku pasti mampu, pikirku saat itu.

Beberapa hari berlalu, dan ayahku berkata bahwa diriku berubah semenjak kehilangan (sementara) dirinya. Di saat itu pula, beliau menyarankan diriku untuk mencari pengganti yang cocok sebagai pendampingku berikutnya. Pendamping untuk berbagi pengalaman, cerita, dan juga berbagi rasa. Aku pun menghela nafas panjang. Kutimbang baik buruknya. Diam sejenak. Kemudian menarik nafas untuk kesekian kalinya. Kalut.

Bulan dan matahari pun telah tenggelam silih berganti. Terduduk lemas di sudut kamar, aku mendengarkan musik yang ada di hapeku hingga suatu rangkaian nada yang tidak asing di telingaku mengalun lembut penuh makna. The Script - The Man Who Can't Be Moved. Aih, jadi teringat ketika aku memandangmu pertama kali di tengah hiruk pikuk orang-orang. Aku ingat betul, saat itu kulitmu yang putih cerah dibalut dengan warna ungu yang memukau. Engkau menunggu di suatu sudut dan aku pun menghampirimu.

Jujur, aku masih galau dengan saran ayahku hingga terseliplah sebuah kalimat dalam lagu ke telingaku "How can I move on when I'm still in love with you?" Ahaha, aku pun tertawa sendiri. Sebuah petunjuk dari Tuhan, petunjuk untuk tetap percaya kepadamu. Dan...aku pun tak mampu berkata-kata lagi, hanya mampu berdoa demi keadaanmu.

ditulis dan didedikasikan untuk netbook tersayang

dan alhamdulillah, ia pun sehat ..semoga tetap seperti ini hingga jangka panjang nanti.


Previous
Next Post »
0 Komentar

POST A COMMENT