Bahkan di Kepanitiaan..

Bahkan di Kepanitiaan..
"Harusnya kamu dapet sms dari Koor Perdek, Nggra." Pesan singkat dari Iqbal, SC PRK TKA, membuatku mengangkat alis.

Aku daftar sie Perdek PRK, ikut proses seleksinya (yang ga bakal aku bocorin di sini, biar keliatan profesional), dan tinggal nunggu sms kepastian diterima atau engga. Aku ingat betul saat itu aku masih di basecamp, selepas operasional gunung. Entah di Ungaran atau di Turgo, aku tak ingat pasti. Yang jelas, mendung menghinggapi kami. Rintik hujan mulai membasahi. Masih terbayang, saat itu hp tercinta sudah dibalut ketat dengan plastik bening.

Mestinya aku diterima, faktanya tiada dering sms dari orang yang dimaksud. Apa yang terjadi? Sampai sekret pun pikiran ini masih membayang di benakku. Setelah menaruh carrier di atas bangku kayu di sekre, aku beranjak ke bilik. Menemui iqbal.

"Iya kamu masuk, Nggra. Suer," ucapnya sambil mengangkat jari tengah dan juga telunjuknya.
Mau engga mau aku percaya. SC bukan cuma ada untuk mengonsep acara. Mereka juga turun, masuk ke dalam sie-sie kepanitiaan untuk mendukung kinerja sie itu. Untuk perdek, ada Iqbal. Bingung. Well, bukan apa-apa. Aku hanya ga suka digantungkan. Kalo ga diterima yauda ga keterima, kalo diterima yauda masuk. Yang aku butuhkan cuma kepastian. 

Kalbuku menjerit dalam diam saat itu. Ga cuma dalam percintaan, tapi dalam kepanitiaan pun perasaanku digantung. Hati dan pikiranku bukan barang elektronik obral yang digantung saat pameran komputer datang. Hanya dipajang di atas etalase dan cuma sekilas dilihat orang yang lalu lalang. Yang tak jarang dipandang sebelah mata dan membuat orang tersungging, sinis. Bukan.

Di tengah pikiran yang berkecamuk, dering sms khas dari Nokia berbunyi.
"Hehe, maaf ya kemarin aku ga punya pulsa buat ngabarin, kamu keterima jadi Sie Perdek PRK! Ayo berjuang bersama."
(inti smsnya begini)

Kayaknya aku punya koor yang sangat simple-minded.

Keputusan atau Keputusasaan?

Keputusan atau Keputusasaan?
"Gimana acara TKA, uda ada bayangan Nggra?" tanya Didit, teman saya yang juga Steering Committee (SC) PRK TKA.
"Belum ada bayangan, Dit," jawab saya singkat.

Well, ini lanjutan dari tulisan Acara TKA yang saya buat Oktober lalu. Yason, Ketua OC TKA 2012, kayaknya suka main judi. Wong saya ga pernah terlibat kepanitiaan dan ga pernah juga jadi sie acara kok ya dipercaya jadi koor acara. Sebenernya saya pun berhak menolak. Tapi dasar hobi coba-coba, saya pun terima tawaran itu. Tanpa mikir gimana kerjanya cara. Tanpa mikir bakal sukses engga TKA besok. Challenging.

Waktu itu saya sedang berdiri berduaan dengan Didit di depan papan recruitment panitia PRK TKA. Kami sama-sama single. Tapi iman yang kuat dan orientasi yang lurus membuat kami tidak melakukan hal-hal menyimpang, saat itu. Hanya memandang papan yang tertampang foto kami berdua meski berbeda frame. Saya di Acara TKA dan dia di Pemandu PRK juga Keamanan TKA.

Sial. Acara kayak gimana yang bakal kamu buat?
Saya pun kepikiran untuk mundur dari Koor Acara TKA.

Memang, Didit mengerti aku. Satu sarannya, ikut PRK biar bisa belajar dari Acara PRK. Sekedar info, jarak PRK ke TKA kurang lebih satu bulan. Jadi saya harus siap dalam waktu sebulan itu ngerapel tugas Acara TKA berbekal pengalaman dari PRK.

"Kamu tu kerjanya ga sendiri, Nggra. Kerja tim," hiburnya suatu waktu.

Saya terhenyak. Kesalahan konyol. Mindset yang sejak awal sudah salah. Bukan single fighter yang harus berlaga sendirian, melainkan tim. Saya merasa semua pekerjaan akan saya tanggung sendiri, meskipun tau saya hanya manusia biasa yang bahkan tak punya pengalaman apa-apa di bidang ini. Njuk ngapa? Pengalaman emang penting, tapi kalo anggota-anggota tim ku uda berpengalaman kan juga uda cukup. Defense Mechanism - Rationalization. Beban saya pun sedikit terangkat. Saya kembali mendongak, memilih sie kepanitiaan PRK yang akan saya masuki.

"Kalo acara gimana, Dit?"
"Acara PRK? Sibuk banget lho itu. Tapi terserah kamu sih."
Saya terdiam. Saat itu saya pun di tengah padatnya jadwal FUD Palapsi, letih.
"Gimana kalo Perdek? Kan kerjanya ga banyak, jadi kamu bisa memperhatikan Acara PRK dari sudut pandang Perdek," ucapnya memecah keheningan yang menyelimuti gedung kuliah saya.
Saya tidak menjawab. Hanya tersenyum, kemudian meraih pena. Nama dan nomor hp saya cantumkan di lembar kepanitiaan PRK. Perdek.

Keputusan atau keputusasaan? Saking bingungnya ga ada jalan buat nyiapin acara akhirnya ndaftar acara lain untuk belajar. Yang mana pun itu tetep bakal saya jalani. Berhasil ya bertahan hidup. Hancur ya hancur sekalian. Gambling.

"Ayo ke kantin, Dit. Aku laper kebanyakan mikir."

FUD 2012 Mount Division Palapsi

Sebuah memoar...
Thanks to Wahyu Achmad S for the video

Menuju Puncak Kenikmatan Nan Barokah di Negeri Pasundan
Memori ketika saat-saat yang melelahkan...
Para Pencari Nikmat : Hanif, Moni, Wahyu, Diyan, Gerry, Yandi, Isti, Afiq, Anggra
Never Give Up!